Assalamualaikum wr wb
Semoga pembaca selalu diberikan
kesehatan saat ini, jikapun sakit semoga di jadikan sakit itu sebagai menggugur
dosa.
Gelar aktivis pertama kali saya ketahui di
masa perkuliahan. Gelar ini disematkan kepada mahasiswa yang aktif dalam
menjalankan roda keorganisasian di kampusnya, baik dalam lingkungan fakultas
maupun dalam lingkupan universitas. Gelar itu ternyata tidak gampang untuk di emban
dan berat untuk menyandangnya. Bagaimana tidak gelar ini hanyalah baik di
berikan kepada mereka yang senantiasa memikirkan visi dari organisasi,
menjalakan, mengkoordinir, dan memerankan 3 pondasi utama seorang mahasiswa. Apa
tiga pondasi itu? Tidak lain adalah Agent Of Change, Sosial Control, dan Iron
Stock. Mereka yang menyandang gelar aktivis selalu saja berkutat untuk
perubahan, dari buruk menjadi baik kemudian menjadi lebih baik lagi. Mempersiapkan
penerus untuk organisasinya kemudian memberikan pengaruh kepada lingkungannya
(birokrasi kampus) hingga kebijakan nasional melalui forum yg lebih besar lagi.
Penyerahan bendera organisasi dari
pengurus lama ke pengurus baru hanyalah simbolis. Beberpa orang mahasiswa dalam
organisasinya menganggap hal ini sebagai pagelaran paling berharga. Setengah
dari anggota organisasi tersebut menganggap itu sebagai seremonial biasa yang
tidak perlu di perpanjang dan di banggakan. Simbolislah kata mereka
Mari kita beranalogi, satu organisasi di
analogikan dengan satu fase mahasiswa yang mendapatkan tugas dari dosennya
selama satu minggu.
Hari ini 40 orang mahasiswa memasuki
kelas dengan kondisi beragam, dengan karakter mereka masing-masing karena kedatangan dosen.
Mahaisiswa memiliki tipikal yang berbeda menaggapi kedatangan dosen, ada yang
biasa saja ada juga yang menanggapi dengan ketakukan hingga dia memasuki kelas
jauh lebih dahulu dari dosennya. Ada juga mahasiswa yang menanggapi kedatangan
dosen dengan tenang dan menanti kedatangan dosen dengan senyuman. Ketika
memasuki kelas dan melakukan pengajaran selama 2 kali 40 menit dosen mulai melakukan pengumuman. Pengumungannya
tidak lain adalah penyerahan tugas kepada mahasiswa. Jangka waktu penyerahan
tugas adalah satu minggu atau hingga kelas berikutnya dimulai.
Dalam keadaan ini tidak jarang ada
istilah mahasiswa deadline, mereka adalah mahasiswa yang mengerjakan tugas
pemberian dosen di akhir waktu pengerjaan. Akhir waktu kita ambil 2 hari
sebelum kelas tersebut dimulai. Tidak jarang pekerjaan mereka bisa selesai lebih cepat dari yang lainnya karena telah melakukan riset kecil dari jawaban tugas
tersebut (bagian kecil saja). Namun kebanyakan mereka malah menyerah pada waktu
untuk disalahkan dan menyerahkan segalanya kepada keberuntungan yang nilainya
0,0001% (sangat kecil sekali).
...............................................................................
Hari perkuliahan berikutnya dimulai dan
satu per satu mulailah mahasiswa menyerahkan tugasnya. Untuk mereka mahasiswa
deadline pertama (melakukan riset kecil) pun ikut bercengkrama bersama
kawan-kawan lainnya. Sedangkan mereka yang menyerah kepada waktu dan
menyerahkan kepada keberuntungan hanya tertunduk dan diam di tempat
duduknya.
Walhasil, hari ini tugas tersebut langsung
dilihat dan diabsen oleh dosen menggunakan tugas. Sudah bisa di tebak bahwa
mahasiswa deadline urutan ke2 tidak terisi absennya. Spontan saja dosen
pengajar langsung melantunkan nama-nama mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas
untuk di tindak lanjuti.
___________________________________
Sekarang mari kita kembali kepada
aktivis deadline. Pengarahan dan bimbingan yang dilakukan dalam organisasi
berlangsung selama kurang lebih 6 bulan dari senior. Bukan sekedar mercerita
untuk gelak tawa tetapi juga memberikan pengarahan serta diskusi berat untuk
mewujutkan visi organisasi. Hingga waktu penentuanpun datang yaitu penyerahan
amanah dari satu pundak kepundak dibawahnya. Penyerahan dilakukan semata-mata
kerana orang-orang (senior) dalam organisasi tersebut merasa sudah menemukan
pengganti yang pas untuk melanjutkan visi dan menjaga keutuhan organisasi.
Geliat kekuatan semangat sangat terasa
diawal penyerahan ini karena mereka tau akan alur dan cara kerja oraganisasi.
Terlebih-lebih saat menyampaikan aspirasi targetan kerja selama kepengurusan.
Namun masa pengabdian bukan 1 hari saja atau 3 hari saja namun satu tahun.
Periode ini sejatinya sangat singkat bagi mereka yang melaksanakan setiap
program kerja secara runtun dan sesuai dengan timeline awal.
Seketika setiap orang yang berada dalam
organisasi akan merasa begitu lama kepengursannya. Ingin sekali digantikan oleh
orang lain setelahnya. Bukan juga karena mengerti beratnya amanah namun karena
memang tidak menjalankan kerja organisasi itu
kecuali yang akan menguntungkan bagi dirinya saat sekarang ini.
Allah SWT sangat Maha Penyayang, maka
diberikan angin pemikiran perbaikan kepada semua anggota organisasi. Mereka
akan menerima dengan semeringah pemikaran dari Tuhan-nya. Bermunculan satu
perasatu rencana besar yang telah terlupakan hampir tujuh bulan menduduki
organisasi (anggaplah). Muncul juga semua naskah materi yang diberikan oleh senior untuk
kemajuan organisasi. Semua terasa terang. Mereka yang bekerja untuk kepentingan
dirinya mulai merangkul orang-orang yang bersangkuran untuk memajukan
organisasi tersebut. Tidak pernah mengira akan tercipta kerjasama tim paling
solid sejauh pandangan. Ketika mereka melihat orang-orang dalam organisasi mereka
melalui kulit luarnya, melalui tatap mata, melalu cara dia berjalan, melalui hal
lain yang nampak, tanpa bertanya langsung. Tidak pernah mengira akan hadir
sosok-sosok yang energik dan lain sebaginya. Semua Allah berikan. Mereka yang
mendapat pemikiran ini ialah aktivis deadline yang serupa dengan mahasiswa
deadline pertama. Segera melakukan prokernya saat hidayah datang padanya
[hampir menghabisi waktu jabatannya], sehingga masih bisa terjaga organisasi
itu, masih bisa di kenal kepengurusannya, masih tersebut oleh mahasiswa lain ke
hebatannya.
Kondisi pemberian angin pemikiran memang
tidak pilih kasih, namun penerima masih bisa menolak pemberian Tuhan-nya.
Ketika itu terjadi maka sudah bisa di pastikan mereka adalah aktivis deadline
serupa mahasiswa deadline kedua yang pasrah pada waktu dan menyerahkan kepada
keberuntungan. Tidak sertamerta organisasi akan hancur karena satu pengurusan
saja, namun bisa menjadi kado pahit untuk penyandang amanah setelahnya. Memang
organsisasi kemahasiswaan akan tetap bertahan hingga tidak adalagi yang
benar-benar mau menerima curahan amanah dari seniornya.
Aktivis deadline bagus atau tidak? Sudah
pasti tidak bagus. Kalaupun mereka aktivis deadline yang menerima hidayah dari
Tuhan-nya tadi mengerjakan prokernya, sudah dapat dipastikan dua hal. Pertama,
proker terjalan, melejit dan sangat menarik, namun hanya 1 atau 2 atau 3 proker
saja. Kedua, proker akan terlaksana 90% namun itu prokernya tidak akan maksimal
atau banyak yang asal terjalankan. Kenapa seperti itu? contoh sebuah persiapan itu seperti ini : Jelas untuk
menpersiapkan diri dalam kontes perebutan kursi perkuliahan seorang mahasiswa
harus berjuang cukup lama yaitu 9 tahun + intensif demi hasil terbaik.
Begitulah proker, satu proker organisasi itu akan sangat maksimal setidaknya di
persiapkan 1 atau 1 setengah bulan.
So,
pertahan semangat perubahan dalam diri dari awal hingga akhir untuk
menyelesaikan semua program dalam agenda organisasi. Bak semanagat Rasulullah
SAW atau para khalifah islam dalam menyebarkan Islam pada periode awal hingga
habis periode masing-masing-nya.
Semoga Bermanfaat !!
Komen di bawah ya,.,
0 comments:
Post a Comment